
"Bukan kekuatanmu yang aku kuatirkan
tetapi kerumitan yang kini engkau hadapi", demikian ucapan seorang istri
kepada suaminya dalam suatu kerajaan. Berbicara soal Kerajaan selalu berkaitan
dengan yang namanya perang. Pasukan perang yang berdiri sampai akhir adalah
pemenangnya. Sudah banyak film- film Asia yang saya tonton seperti ini.
Anehnya, tak jenuh- jenuhnya industri perfilman khususnya negara Asia
(setidaknya) dalam satu tahun pasti ada satu film muncul dilayar lebar. Dari
sekian ratusan judul film hanya Red Cliff (2008 dan 2009) -
diperankan oleh Tony Leung dan Takeshi Kaneshiro- dipecah menjadi 2 bagian yang
saya bilang film paling spektakuler sampai dengan sekarang ini. Sekarang
mampukah Ronny Yu (Freddy vs Jason, 2003) membawa kisah film ini sekuat dan
serumit seperti dialog diatas?.
Saving General Yang memulai kisahnya
sangat klasik, hanya karena perebutan seorang gadis pujaan hati kemudian
berkembang menjadi masalah cukup pelik. Yang Yanzhao (Wu Chun)- putra ke-6 dari
Jendral Yang (Adam Cheng)- dan putra Pan Bao- putra dari pejabat istana-
sama-sama mencintai Putri Chai (Ady An) dari Kerajaan Song. Untuk menentukan
siapa yang akan memperistri putri Chai, mereka berdua mengadakan suatu
pertandingan. Tanpa diduga terjadilah insiden menyedihkan, putra Pan Bao
meninggal dunia. Otomatis, Pan Bao (Bryan Leung) sebagai seorang ayah pasti
menaruh dendam pada keluarga Yang. Dalam waktu yang berdekatan, Kerajaan Khitan
yang dipimpin oleh Yelu Yuan (Shao Bing) sedang dalam perjalanan menyerang
Kerajaan Song. Maka diutuslah dua orang petinggi kerajaan, Jendral Yang dan Pan
Bao, yang sedang tidak rukun ini bersama- sama turun ke medan perang mewakili
Kerajaan Song.
Sesuai judulnya, penonton dibawa
mengikuti misi penyelamatan Jendral Yang. Sebelum sampai kesana Ronny Yu
memperkenalkan karakter tokohnya terlebih dahulu siapa saja keluarga Yang,
siapa itu Pan Bao terutama siapa Yelu Yuan dan atas alasan apa ia dengan berani
menyatakan perang melawan Kerajaan Song. Setelah dirasa cukup barulah Ronny Yu
membawa kisah yang diangkat dari kisah nyata ini menuju garis depan peperangan.
Lokasi perang Pantai Pasir Emas dimana 2 (dua) kerajaan ini bertemu pertama
kalinya meski terlihat spesial efeknya namun tetap menghibur. Strategi perang
melalui kamuflase semburan api dari atas rasanya belum pernah saya tonton di
film yang lain. Lokasi kedua yang bertempat di Gunung Serigala nah ini yang
baru keren mengingatkan saya dengan film trilogi Lord of The Rings. Bagi
saya pribadi adegan laga yang paling membekas dari film ini ketika Yang Yanqing
(Vic Zhou) melawan Yelu Yuan di padang ilalang. Satu lawan satu dalam aksi
panah memanah.
Hati seorang istri mana yang ikhlas mana
kala suaminya maju ke medan perang dalam usianya yang sudah tidak produktif
lagi. Dan, lagi- lagi demi keselamatan suaminya ia sampai menugaskan putranya
yang tidak hanya satu melainkan ketujuh putranya untuk pergi dan selamatkan
sang ayah. Begitulah sudut pandang dari seorang istri sekaligus seorang ibu
diperankan oleh aktris asal Cina, Xu Fan, yang diambil oleh Ronny Yu untuk
lebih memudahkan penggambaran film ini. Lewat alur maju mundurnya kisah ini
lebih bagus seperti menonton serial televisi namun sedikit dipadatkan mengingat
durasi dari sebuah film. Dari deretan pemain ketujuh putra Jendral Yang saya
mencari- cari dimana aktor asal Taiwan, Vic Zhou (F4) ini berperan.Ya, dengan
tambahan kumis tampil berbeda apalagi disini ia mempunyai keahlian bela diri
memanah. Layaknya Legolas. Hebat. Untuk penampilan aktor Ekin Cheng sebagi
putra pertama, Yang Yanping sudah tidak diragukan lagi. Akhir kata, mengutip
salah satu dialog di film ini " perang adalah akar dari kesialan lalu buat
apa menanyakan keberuntungan". Jadi meskipun kita sebenarnya tahu akhir
cerita ini tetapi film ini berhasil membuka sekaligus menutup cerita misi
penyelamatan Jendral Yang dalam satu potret.
No comments:
Post a Comment