Berdasarkan
novel laris karya Kanae Minato,
Confessions mengisahkan mengenai
kepedihan hati seorang guru, Yuko Moriguchi (Takako Matsu), atas kematian putri
tunggalnya. Oleh pihak kepolisian, kematian sang putri dinyatakan adalah akibat
dari sebuah kecelakaan. Namun, dalam pengakuan yang ia buat di hadapan para
murid-muridnya, ia mengatakan bahwa anaknya meninggal bukan karena kecelakaan,
melainkan dibunuh oleh dua orang siswa yang juga sedang berada di kelas
tersebut. Yuko tidak menyebut secara spesifik siapa kedua orang tersebut, dan
sama sekali tidak berniat untuk mengajukan mereka kepada pihak yang
berwajib. Namun, sebagai seorang guru yang merasa wajib untuk menghukum setiap
muridnya yang melangggar aturan, Yuko telah merancang hukuman tersendiri bagi dua
orang tersebut. Hukuman yang dibuat agar kedua orang tersebut mampu lebih
mendalami apa arti hidup sebenarnya… sekaligus menjadi awal rentetan tragedi
yang terjadi di sepanjang cerita film ini.
Sesuai
judulnya, pengakuan Yuko Moriguchi kemudian diikuti berbagai pengakuan dari
karakter-karakter lain yang memiliki keterikatan dengan kematian putri Yuko,
baik langsung maupun tidak langsung. Pengakuan-pengakuan ini berbeda satu sama
lain, namun memiliki sudut pandang yang sama: berisikan rasa dendam dan keinginan
yang tak dapat dipenuhi atas pengakuan dari orang lain atas keberadaan dirinya.
Adalah mudah untuk menilai mana karakter antagonis dan mana karakter protagonis
jika penonton baru mendengar satu pengakuan saja. Namun, dengan menyajikan
deretan pengakuan dari setiap karakternya, Confessions terlihat
berusaha untuk mengaburkan atau malah menghilangkan sama sekali definisi
tersebut di dalam penceritaannya.
Walau
menyelimuti kisahnya dengan deretan adegan penuh kekerasan yang terkadang cukup
menyesakkan untuk disaksikan, Confessions memiliki tema yang
sebenarnya cukup mendalam untuk disajikan. Yang paling terutama,Confessions seperti
ingin menegaskan bahwa konsep baik dan buruk yang ada saat ini tak lebih adalah
sebuah batasan yang dibuat sendiri oleh masyarakat, suatu hal yang seringkali
bergeser sesuai dengan apa yang dipelajari masyarakat di keseharian mereka. Apa
yang baik bagi sebuah kalangan, belum tentu baik bagi kalangan lain. Apa yang
baik pada satu jangkauan waktu, belum tentu akan dipandang baik pada beberapa
jangkauan waktu ke depan.
Konsep ini
sama dengan konsep balas dendam yang menjadi benang merah di keseluruhan
pengakuan setiap karakter di film ini. Balas dendam butuh sebuah sudut pandang
yang tepat untuk dapat dijalankan dengan baik. Ketika penonton menyaksikan Yuko
Moriguchi melakukan balas dendam kepada kedua orang murid yang telah membunuh
putrinya, mungkin sebagian dari penonton akan menganggapnya wajar. Namun,
setelah mengetahui latar belakang dua orang tersebut – seorang pelaku selalu
berada pada barisan manusia yang dianggap lemah dan pecundang sementara seorang
lainnya memiliki latar belakang dimana dirinya selalu disakiti oleh sang ibu yang
kemudian membuatnya terobsesi untuk menunjukkan keberadaannya pada orang yang
sangat dicintainya tersebut – sebagian dari penonton akan dibawa pada pemikiran
adalah wajar, dengan latar belakang kelam seperti itu, kedua orang tersebut
jatuh terjerembab untuk melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal. Walau
tetap menyalahkan mereka, tidak tertutup kemungkinan penonton akan turut merasa
iba pada mereka.
Walau
begitu, Confessions bukanlah sebuah film yang ingin membanggakan dan
menyarankan penggunaan ide ‘nyawa dibalas dengan nyawa.’ Confessions tampil
jauh lebih pintar dari itu. Film ini memberikan pengajaran pada penontonnya
bahwa, apapun bentuknya, setiap tindakan akan memiliki sebuah konsekuensi
kepada setiap pelakunya, suka atau tidak. Secara tidak langsung, Confessions juga
berniat untuk membuka mata setiap penontonnya mengenai bagaimana tatanan dan
keadaan masyarakat saat ini, yang dipenuhi oleh rasa benci satu sama lain,
ketidakpedulian hingga rasa dendam dan amarah yang menggelora – yang begitu mendalam
dan terus menerus diturunkan pada setiap garis keturunan manusia.
Tidak hanya
kuat dari sisi cerita, Confessions juga terbukti memiliki banyak
kekuatan dari berbagai aspek filmis lainnya. Sutradara Tetsuya Nakashima
berhasil dengan sangat baik membungkus cerita yang penuh dengan kesan berat ini
dengan tampilan yang sangat memukau. Menampilkan ceritanya dengan menggunakan
banyak adegan slow motion, teknik ini terbukti berhasil mampu meningkatkan
emosi dan intensitas cerita yang ingin dihadirkan. Editing film dan tata musik
semakin menambah keunggulan Confessions dari sisi teknikal. Sementara
itu, dari departemen akting, seluruh jajaran pemeran di film ini bermain dengan
sempurna, khususnya lima pemeran utama film ini: Takako Matsu, Masaki Okada,
Yoshino Kimura, Yukito Nishii, Kauro Fujiwara dan Ai Hashimoto.
Confessions adalah
sebuah kisah yang sangat gelap, yang dengan tegas seperti ingin berteriak bahwa
hidup bukanlah sebuah petualangan yang selalu dipenuhi warna-warni keindahan.
Hidup terkadang merupakan suatu hal yang pahit. Anda menjadi korban di
dalamnya. Dan Anda kemudian menemui kematian Anda. Ironis. Dengan tampilan yang
sangat indah, Tetsuya Nakashima berhasil dengan sangat baik membawakan cerita
ini. Penuh kepedihan, namun dihantarkan dengan ritme black comedy yang
ringan, cerdas, dan sangat mempesona.
No comments:
Post a Comment