Film Dead
Snow (judul aslinya Død Snø) adalah film horor dari Norwegia yang
dibintangi oleh Charlotte Frogner, Stig Frode Henriksen, Bjørn Sundquist, Ane
Dahl Torp dan Jenny Skavlan, sementara sutradaranya adalah Tommy Wirkola. Film
ini mulai diluncurkan tanggal 9 Januari 2009 di Norwegia, sementara pemutaran
perdananya di Amerika dihelat di Sundance Film Festival. Setelah acara ini,
peredaran untuk wilayah Amerika dipegang oleh IFC Films. Pendistribusiannya
sendiri terbatas saja, dan mulai diedarkan tanggal 19 Juni 2009. Film ini
dinominasikan dalam Scream Awards 2009 untuk kategori
Adegan-Berkelahi-Sampai-Mampus, Mutilasi-Paling-Dikenang, Film Asing Terbaik
dan Film Horor Terbaik!
Ceritanya
sendiri tentang seorang wanita (Ane Dahl Torp) yang sepanjang film
dikejar-kejar oleh para zombie yang berpakaian hitam ala Allgemeine-SS Jerman
di tengah hamparan salju Norwegia yang seakan tak berujung. Wanita ini akhirnya
tersudutkan dan nasibnya sudah bisa diduga, ko’it alias tewas!
Adegan
kemudian berpindah ke rombongan tujuh mahasiswa medis yang sedang berlibur
Paskah. Mereka tiba di sebuah kabin kecil di dekat Øksfjord, sekitar 45 menit
perjalanan dari tempat mereka menaruh mobil. Kabin itu adalah kepunyaan dari
Sarah, salah seorang dari mahasiswa-mahasiswa tersebut yang merupakan pacar
dari Vegard (Lasse Valdal), mahasiswa yang paling mengetahui seluk-beluk hutan
tempat mereka berlibur. Sarah telah berski demi menemui mereka, tapi tidak
sampai-sampai juga.
Di kabin itu
mereka melakukan seperti layaknya remaja-remaja bule, pesta sambil
mabok-mabokan. Terus datanglah seorang pengelana misterius (Bjørn Sundquist),
yang lalu bercerita tentang legenda dari zaman Perang Dunia II tentang sebuah
unit Einsatzgruppen yang dipimpin oleh Standartenführer Herzog yang sangat
ditakuti. Mereka menguasai wilayah ini selama tiga tahun, dan selama masa
tersebut telah melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap masyarakat sekitar.
Belum cukup, ketika kekalahan Jerman mulai terasa, mereka kabur dari wilayah
ini setelah sebelumnya menjarah barang-barang berharga yang masih tersisa.
Penduduk desa yang menaruh dendam kesumat tentu saja tidak membiarkan mereka
pergi begitu saja, dan berhasil menyergap pasukan Herzog ini dalam sebuah
persimpangan, dan membunuh banyak di antaranya. Orang-orang Nazi yang masih
tersisa, termasuk Herzog, lalu kabur ke daerah pegunungan, dan sampai sekarang
belum pernah ditemukan. Banyak yang bilang kalau mereka semua telah membeku
kedinginan. Pengelana tersebut melanjutkan ceritanya dengan berkata bahwa
sampai saat ini wilayah tersebut mempunyai reputasi yang menyeramkan, karena
beberapa pendaki gunung dan penjelajah telah dibunuh oleh para zombie
gentayangan dari pasukan Nazi yang mati mengenaskan tersebut ketika sedang
berkemah di salju.
Keesokan
paginya, Sara masih belum nongol juga, sehingga Vegard berinisiatif untuk
menggunakan snowmobile untuk mencarinya. Dalam perjalanan, dia menemukan
jenazah seorang pengelana yang membujur kaku di tendanya, tapi kemudian
terperosok dalam salju dan masuk ke dalam sebuah gua.
Mahasiswa
lainnya menemukan sebuah kotak kayu tua yang tersembunyi di bawah lantai dan
berisi medali-medali Jerman yang berharga. Mereka sempat berniat untuk
mengambil dan menjualnya, tapi kemudian memutuskan untuk tetap menyimpannya di
tempat semula, kecuali beberapa orang yang secara sembunyi-sembunyi mencurinya.
Setelah hari sudah gelap, salah seorang mahasiwa, Chris (Jenny Skavlan) pergi
ke WC, tapi kemudian dibunuh ketika sedang berada di toilet. Yang lain kemudian
pergi mencarinya, tapi hanya menemukan ransel Chris yang terkubur di bawah
salju.
Tak lama
kemudian, kepala Chris yang telah copot muncul di jendela... eng ing eeeng,
para zombie mulai beraksi! Erlend (Jeppe Laursen) terbunuh sebelum para
mahasiswa yang lain akhirnya berhasil menutup jendela dan pintu kabin. Malam
itu mereka berdiam dalam kabin sementara di luar para zombie telah siap untuk
menyerbu!
Terus,
bagaimana dengan nasib Vegard yang terjebak dalam gua? Dia berhasil menemukan
jalan memutar dalam gua tersebut, dan menemukan helm, senjata dan bendera
Nazi... plus kepala Sarah yang telah terpotong! Ternyata dia adalah wanita yang
dikejar-kejar zombie dalam pembuka film ini. Vegard lalu mendapat giliran
diserang oleh zombie, tai berhasil melarikan diri dari gua amit-amit tersebut.
Dia sempat tergigit oleh salah seorang dari zombie, tapi masih selamat. Dia
lari lagi ke snowmobile, sambil membawa senapan mesin MG 34 hasil rampasan.
Sementara
itu, empat mahasiswa yang masih tersisa dalam kabin memutuskan untuk memecah
diri menjadi dua. Dua pria, Martin (Vegar Hoel) dan Roy (Stig Frode Henriksen)
akan berusaha menarik perhatian para zombie, sementara dua wanita, Hanna
(Charlotte Frogner) dan Liv (Evy Kasseth Røsten) pergi ke mobil sambil mencari
pertolongan. Rencana tersebut tidak berjalan sesuai rencana, karena Liv
kemudian disergap sebelum sampai di tujuan. Inilah yang menurut saya adegan
paling dahsyat dari film ini, karena ketika para Zombie mulai mengeluarkan isi
perutnya, Liv masih sempat mengeluarkan Stielhandgranate dan menghancurkan para
penyerangnya! Martin dan Roy berlindung dalam kabin. Sialnya, secara tidak
sengaja mereka membuat kabin tersebut terbakar gara-gara molotov cocktail.
Untungnya, kebakaran itu membuat mereka mendapati bahwa lumbung yang berada di
sebelah kabin ternyata berisi dengan “peralatan perang” : gergaji mesin, palu
dan kapak. Sekarang, para zombie kacingcalang itu akan mendapatkan pembalasan
yang setimpal!
Seperti bisa
diduga, gerombolan zombie Nazi menyerang, dan kali ini mereka mendapat
perlawanan dahsyat dari manusia-manusia yang sudah tak ada pilihan lain selain
bertarung! Vegard yang datang kemudian ikut membantu dalam pertempuran
tersebut. Sayangnya, Vegard terbunuh dan terpotong-potong oleh para Zombie dan
Martin secara tidak sengaja membunuh pacarnya sendiri, Hanna, yang balik
kembali karena tidak berhasil menemukan mobil (rekannya Liv kan sudah
diobok-obok oleh zombie). Herzog (Ørjan Gamst) datang ke tempat pertempuran
bersama sejumlah zombie SS lain, tapi Martin dan Roy berhasil mengatasi mereka
semuanya. Ketika lengan Martin tergigit zombie, dengan berani dia memotongnya
dengan gergaji mesin demi mencegah dirinya tidak berubah menjadi ksatria baja hitam
eh zombie! Melihat pasukannya mulai kalah, Herzog lalu memanggil zombie-zombie
lain yang masih ada di sekitar hutan itu, sehingga kedua mahasiswa tersisa yang
mulai kepayahan tersebut terpaksa melarikan diri. Roy terjatuh dalam perjalanan
dan otomatis terhapus dari muka bumi.
Pada
akhirnya Martin menyadari kenapa para zombie tersebut mengejar mereka, karena
ternyata Herzog dan pasukan zombie bermuka zombie (wtf?) itu memburu
medali-medali yang dirampas oleh Martin dan teman-temannya! Nah, lalu apa yang
akan dilakukan Martin demi mencegah nyawanya tidak ikut melayang seperti
teman-temannya?
Film ini
mendapat penilaian yang biasa-biasa saja dari para kritikus film Norwegia, dan
mendapat rating 3/6 dari Verdens Gang dan Dagbladet. Manohla
Dargis dariThe New York Times mengeluarkan komentarnya, “Direktur Tommy
Wirkola telah menulis screenplay bersama-sama dengan Stig Frode Henriksen
dengan cerita yang tidak nyambung, dimana tidak hanya dia mengeksploitasi
setiap goncangan standar film horor, tapi juga membuatnya menjadi bagaikan
bubur kertas yang tidak menarik.” Tidak hanya itu, penulis resensi wanita ini
juga menggarisbawahi efek spesial film ini yang telah bekerja dengan “luar
biasa menjijikkan”. Tapi tidak semua berpandangan sebrutal death itu, karena Stephen
Witty dari The Star-Ledger menganggap bahwa visual film ini tidaklah
jelek-jelek amat, malah memuji Wirkola dalam hal “tangan dingin ketika membesut
adegan-adegan aksinya”. Hanya saja, Witty secara jujur menyatakan bahwa plot
film ini terlalu biasa dan menganggapnya sebagai kelemahan utama. Dia ‘menuduh’
para karakternya sebagai lemah motivasi, dan “saling tidak menonjolkan dirinya
masing-masing”. Belum lagi ending filmnya yang nggak ‘kena’. Dalam “Rotten
Tomatoes”, film ini mendapat penilaian positif sebanyak 67%, dengan kesimpulan
: “meskipun tidak menampilkan perbedaan dari film-film horor yang telah ada
sebelumnya, tapi setidaknya Dead Snow telah mengumpulkan ketakutan, darah, dan
keberanian menjadi satu.”
No comments:
Post a Comment