Sang mutant
telah kembali. Ya, Wolverine kembali memunculkan diri setelah lama menyendiri.
Semenjak kematian Jean, Wolverine lebih memilih menyendiri, menghindar dan
enggan bergabung dengan teman-teman mutant lainnya.
Jean sendiri meregang nyawa di tangan Logan/Wolverine karena tak mampu
mengendalikan kekuatan hingga membuat banyak orang terbunuh (X-Men: The Last
Stand).
Meski menyendiri, Wolverine (Hugh Jackman) --yang tinggal layaknya gelandangan
di sebuah hutan di pinggiran kota kecil-- tidak lantas bisa melupakan kisah
kelam yang menimpa Jane. Wolverine justru tersiksa, tiap malam ia dihantui
mimpi buruk akan peristiwa yang merenggut nyawa Jean (Famke Janssen).
Kesendirian Wolverine berakhir saat seorang gadis Jepang, Yukio (Rila
Fukushima) menemukannya. Yukio membawa pesan dari seorang pengusaha sukses dan
kaya raya bernama Yashida (Hal Yamanouchi) yang ingin mengucapkan salam
perpisahan kepada Wolverine. Yashida pernah diselamatkan oleh Wolverine saat
terjadi bom atom di Nagasaki.
Wolverine kemudian bertemu Yashida di Jepang. Tidak sekadar ucapan terima
kasih, Yashida menawarkan obat bagi para mutant --termasuk Logan-- untuk hidup
normal dan tidak abadi. Wolverine pun setuju.
Akan tetapi perjalanan Wolverine menuju kehidupan tidak abadinya bukan hal mudah.
Wolverine justru harus terlibat dalam perseteruan keluarga Yashisda.
Masa lalu Yashida membuat kelompok penjahat menculik Mariko (Tao Okamoto), cucu
dari Yashida. Di sini naluri melindungi Logan kemudian muncul hingga membawa
Logan turun tangan menyelamatkan Mariko.
Jalan Wolverine menjadi pembela kebenaran tidak berjalan mulus. Perlahan-lahan
ia harus kehilangan kekuatan. Inilah titik konflik yang coba ditawarkan James
Mangold selaku sutradara.
Di sepanjang film, selain disuguhkan dengan aksi Wolverine dengan cakarnya yang
menebas karakter antagonis dalam film, penonton juga akan dibuat bertanya
apakah Wolverine tidak lagi mempunyai kekuatan kebal anti luka? Apakah cakar
maut Wolverine bisa dipatahkan dan diambil kekuatannya? Itulah yang menarik
dalam film The Wolverine kali ini.
The Wolverine lebih menekankan sisi psikologis diri Logan/Wolverine pasca
kematian Jean Grey.
James Mangold dan Mark Bomback sebagai penulis skenario lebih menonjolkan
kesederhanaan dalam aksi yang terjadi dalam film. Kekuatan mutant yang beragam
justru diredam sepanjang film.
Selain konflik batin yang terjadi dalam diri Logan/Wolverine, Mark Bomback
dengan cerdas menyelipkan dialog-dialog lucu dan sarkastik dalam beberapa
adegan.
Meski begitu, Wolverine tetap menampilkan aksi yang menawan. Salah satunya,
ketika Wolverine bertarung dengan para Yakuza diatas kereta cepat yang melaju
begitu kencang.
Namun, apabila mencoba membandingkan The Wolverine dengan film X-Men Origins:
Wolverine yang hadir pada tahun 2009 lalu, film ini tidak menghadirkan lawan
akting yang sepadan untuk Hugh Jackman, seperti yang ditampilkan Liev Schreiber
yang memerankan Victor Greed dalam The X-Men Origins: Wolverine.
Kehadiran sang mutant Viper yang menjadi musuh dalam film ini, tampil sangat
biasa meski mempunyai kekuatan racun yang begitu besar. Ini mungkin menjadi
kekurangan dalam film The Wolverine.
Marvel sendiri agaknya ingin menjadikan The Wolverine menjadi jembatan untuk
film X-men selanjutnya. Film ini menjadi kisah untuk serial X-Men yang akan
datang.
Hal itu terlihat dari apa yang dibocorkan Marvel di bagian paling ujung film.
Jika anda penasaran, ada baiknya tidak buru-buru meninggalkan bangku hingga
benar-benar penghujung film.
No comments:
Post a Comment